Senin, 06 Desember 2010

KEPEMIMPINAN


Dalam praktik sehari-hari, pemimpin dan kepemimpinan sering diartikan sama, padahal kedua pegertian tersebut berbeda. Pemimpin adalah yang seseorang yang bertugas untuk memimpin suatu kelompok, golongan, atau organisasi, sedangkan Kepemimpina adalah bakat dan sifat yang harus di miliki seorang pemimpin untuk dpat mempengaruhi suatu anggota karyawan.
            Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi sesorang untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu. Untuk itu, kepemimpinan membutuhkan penggunaan kemampuan secara akif untuk mempengaruhi pihak lain dan dalam mewujudkan tujuan organisasi yang telah ditetapkan
            Dalam kenyataannya pemimpin dapat mempengaruhi semangat dan kegairahan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Para pemimpin juga memainkan peranan kritis dalam membantu kelompok, individu untuk mencapai tujuan. Ralph M. Stogdill mendefinisikan kepemimpinan sebagai berikut: kepemimpinan manajerial adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan tugas dari anggota kelompok (Stoner, 1986:114). Sementara itu menurut A.M. Kadarman, Sj dan Jusuf Udaya kepemimpinan didefinisikan sebagai seni atau proses untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang lain agar mereka mau berusaha untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai kelompok (Kadarman et.al, 1992:110). Menurut Kae H. Chung dan Leon C Megginson kepemimpinan didefinisikan sebagai kesanggupan mempengaruhi prilaku orang lain dalam suatu arah tertentu (Kossen, 1986:181). Sedangkan menurut Edwin A. Fleishman kepemimpinan diartikan suatu usaha mempengaruhi orang antar perseorangan (interpersonal) lewat proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan (Gibson, Ivancevich and Donnely, 1987:263). Dari rumusan-rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi dan mengarahkan orang lain untuk tercapainya suatu tujuan tertentu.
            Seperti yang kita ketahui, bahwa tidak ada pemimpin tanpa ada pihak yang dipimpin. Pemimpin timbul sebagai hasil dari persetujuan anggota organisasi yang secara sukarela menjadi pengikut. Pemimpin mencapai statusnya karena pengakuan sukarela dari pihak yang dipimpin.
            Seorang pemimpin harus mencapai serta mempertahankan kepercayaan orang lain. Dengan sebuah surat keputusan, seseorang dapat di berikan kekuasaan yang besar, tetapi hal tersebut tidak secara otomatis membuatnya menjadi seorang pemimpin dalam arti yang sebenarnya
Syarat-syarat pemimpin yang baik
            Seorang yang tergolong sebagai pemimpin adalah seorang yang pada waktu lahirnya memang telah diberkahi dekat dengan bakat-bakat kepemimpinan dan karir dan ia mengembangkan bakat genetisnya melalui pendidikan pengalaman kerja.
            Pengembangan kemampuan itu adlah suatu proses yang belangsung secara terus menerus dengan maksud agar yang bersangkutansemakin memiliki lebih banyak ciri-ciri kepemimpinan.
            Walaupun belum ada kesatuan pendapat antara para ahli mengenai syarat-syarat ideal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin,beberapa syarat yang terpenting adalah:
  •        Pendidkan umum yang luas
  •     Pemimpin generalis yang baik 
  •      Kemampuan berkembang secara mental 
  •     Selalu bersikap ingin tahu 
  •     Kemampuan analistis 
  •   Memiliki daya ingat yang kuat
  •     Mempunyai kapasitas intregatif
  •    Memiliki ketrampilan berkomunikasi 
  •    Memiliki ketrampilan mendidik
  •    Personalitas dan objektivitas
  •   Mempunyai naluri untuk menentukan prioritas
  •   Sederhana 
  •   Berani 
  •    tegas
 
Kecerdasan Emosi Seorang Pemimpin
            Agar sukses dalam memimpin, seorang tidak cukup hanya memiliki kecerdasan pikiran saja. Dari pengamatan kami, orang-orang yang karirnya sukses, ternyata bukan orang yang paling cerdas. Ada yang pandai, namun ketika ia bicara, ia selalu menyerang pendapat orang lain. Akibatnya, ketika selesai berbicara dengan orang itu, energi mereka terkuras habis. Orang-orang seperti ini, karirnya tidak dapat berkembang pesat. Sebaliknya, ada orang yang peduli, baik, pandai memperhatikan persaan orang lain, dan orang inilah yang ternyata karirnya berkembang pesat
            Dengan mengetahui permasalahan di atas, ada sebuah faktor yang mempengaruhi, yaitu Kecerdasan Emosional. Kecerdasan Emosional adalah kemampuan seseorang dalam memonitor perasaan dan emosinya baik pada dirinya maupun orang lain. Ia akan mampu membedakan dua hal tersebut, kemudian menggunakan informasi itu untuk membimbing pikiran dan tindakannya
            Penelitian demi penelitian tentang Kecerdasan Emosional yang dipicu oleh karya seorang ilmuwan, yaitu Goleman pada tahun 1989. Secara konsep, kepintaran jenis ini mampu melengkapi pikiran. Sebelum dituangkan oleh Goleman, orang menyangka bahwa faktor kesuksesan dalam bekerja lebih banyak ditentukan oleh pikiran semata.
            Melalui pengamatan yang mendalam, kecakapan ini ternyata mampu mendukung kinerja melalui dimensi penelitian diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keahlian sosial.
            Penilaian diri yang akurat mendorong timbulanya semangat juang, pandangan jauh, mempertinggi tujuan hidup seseorang, dan mampu memberikan arah dan arti dalam kehidupan
            Nilai-nilai (values) pribadi seseorang, termasuk kecerdasan emosi, akan menjelma menjadi adaptasi sesorangterhaap lingkungannya. Pada gilirannya, adaptasi ini akan mempengaruhi perilaku sesorang, dan akhirnya akan berpengaruh pada kinerjanya. Akan tetapi, adaptasi dn perilaku seseorang itu sangat bergantung pada kecocokan antara nilai-nilai pribadi orang itu dan norma-norma organisasi.
            Kecerdasan emosi, yang merupakan sifat pribadi, hanya menunjukkan bahwakaryawan memili kemampuan untuk belajar meningkatkan kompetensinya. Kemampuan semacam ini baru berarti banyak ketika kecerdasan itu sudah diterapkan dalam bentuk ketrampilan atau keahlian.
            Kecerdasan  ini jika dipadu dengan kecerdasan sosial lain (termasuk kecakapan emosi) akan mampu membangun hubungan yang harmonis dengan karyawan yang lain dan mampu menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi pada perusahaan.

Adapun kesimpulannya, Kecerdasan Emosi semacam bakat alam, walaupun  bisa di pelajari, dan yang penting harus diwujudkan dalam kecakapan emosi. Ketika sudah berwujud kecakapan emosi, seperti kemampuan untuk tetap temotivasi, walaupun banyak mengalami kegagalan dan penolakan, barulah terwujud kinerja yang sering didengung-dengungkan oleh para pakar.
Semangat dan Kegairahan Bekerja
Di dalam melaksanakan kegiatan kerja karyawan tidak akan terlepas dari semangat dan kegairahan kerja sehingga dengan demikian karyawan tersebut akan selalu mampu melaksanakan pekerjaan dengan baik. Yang dimaksud dengan semangat kerja adalah dorongan yang menyebabkan melakukan pekerjaan secara lebih giat, sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik. Sedangkan yang dimaksud dengan kegairahan kerja adalah kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukan Semangat kerja dan kegairahan kerja karyawan mempengaruhi produktivitasnya. Kesenangan atau kegairahan kerja yang rendah dapat menimbulkan kemangkiran, pemogokan, kepura-puraan dan berbagai aksi dan reaksi lainnya. Dalam jangka panjang semangat dan kegairahan kerja yang rendah mempunyai dampak yang lebih merugikan perusahaan daripada sekedar hilangnya produktivitas. Oleh karena itu perusahaan perlu meningkatkan semangat dan kegairahan kerja para karyawannya sehingga produktivitas dapat lebih ditingkatkan
 
Kepemimpinan Rasulullah saw
            Kepemimpinan yang efektif mensyaratkan adanya kemampuan seorang pemimipin untuk dapat memimpin diri sendiri. Hal tesebut juga dikatakan oleh seorang filosof cina Kung Fu. Muhammad kecil telah lulus melewati ujian dan cobaan dengan penuh kesabaran dan ketabahan. Beliaur lahir dalam keadaan yatim. Pada usia 8 tahun haus ikut pamannya dan usia itu Muhammad telah menjadi yatim piatu. Berkat didikan seoang ibu yang penuh kasih sayang, kakek yang penuh perhatian dan seoang yang berjiwa besar, Muhammad muda telah memiliki kepribadian yang unggul. Menginjak usia remaja, Muhammad telah dikenal sebagai orang yang dapat dipercaya “Al Amin” (the trusted man). Bekal pengalaman semasa kecil dan remaja tersebut menjadi kunci keberhasilan dakwah dan tarbiyah rasulullah
Rasulullah sebagai Pemimpin Bisnis dan Enterpreneurship
            Salah satu aspek kehidupan rasulullah yang sedikit dikaji dan dipelajari adalah aspek kepemimipinan di bidang bisnis dan entrepreneurship. Sedangkan rasulullah telah terjun di bidang bisnis sejak usia 12 tahun hingga menjelang beliau iangkat menjadi rasul, usia 37 tahun. Bahkan interval beliau menjadi pedagang lebih lama daripada masa kerasulan. Muhammad diangkat menjadi rasul pada usia 40 tahun dan beliau wafat di usia 63 tahun.
            Rasullah mengawali proses berdagang semenjak beliau ikut dengan pamannya Abu Thalib yang hidup sedehana. Untuk menghidupi keluarganya, Abu Thalib berdagang hingga keluar jazirah Arab. Untuk meringankan beban sang paman, Muhammad turut berdagang. Walaupan sang paman tidak memperkenankannya, namun beliau memaksa ikut. Pengalamn sejak kecil inilah yang sangat membekas sehingga membentuk mental wirausasha pada diri nabi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar